ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN KASUS “ MULTIPEL SKLEROSIS”
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
· Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP) kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf)
(rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)
· MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk mielin.
(rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)
· Ms merupakan penyakit kronis dimana terjadi demielinisasi ireguler pada susunan saraf pusat / perier yang mengakibatkan berbagai derajat penurunan motorik, sensorik dan juga kognitif.
· MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis.
(KMB, Brunner, hal 2182)
2. Etiologi
· Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsag / infeksi virus)
· Kelainan pada unsur pokok lipid mielin
· Racun yang beredar dalam CSS
· Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing)
3. Manifestasi Klinis
1. Kelelahan
2. Kehilangan keseimbangan
3. Lemah
4. Kebas, kesemutan
5. Kesukaran koordinasi
6. Gangguan penglihatan – diplobia, buta parsial / total
7. Kelemahan ekstermitas spastik dan kehilangan refleks abdomen
8. Depresi
9. Afaksia
4. Pemeriksaan Penunjang
· MRI : · CT Skan : · Potensial eveket pusat : · Fungsi lumbat : · EEG : | Menentukan adanya karakteristik plak dari MS Menggambarkan adanya lesi otak, perbesaran/ pengecilan ventrikel otak Mengetahui kelaionan awal dalam perkembangan penyakit pada pendengaran, penglihatan, somatosensor Mengetahui kadar Cg.c dan Cg.M melalui CSS Menunjukan gelombang yang abnormal pada bebrapa kasus |
5. Penatalaksanaan
- Terapi imunosepresan pada permulaan eksaserbasi mungkin dapat membatasi serangan otoimun
- Obat-obatan antivirus dapat memperlambat progresifitas penyakit
- Penyuntikan sub kutis bahan umum beta-interferon mungkin dapat menurunakn jumlah keparahan eksaserbasi pada sebagian pasien sklerosis multiple.
- Pendidikan untuk mengontrol kandungan kemih, fungsi seks dan menghindari komplikasi yang berkaitan dengan penurunan mobilitas, dapat meningkatkan kepuasan hidup dan kesehatan keseluruhan.
- Pendidikan mengenai perlunya menghindari kelelahan berat dan suhu tinggi dapat mengurangi gejala.
- Sekarang dicobakan terapi-terapi obat inovatif yang ditujukan untuk meningkatkan toleransi diri antigenik denganmemberikan protein mielin untuk dimakan. Terapi ini berdasarkan pada hipotesis bahwa seseorang dapat mentoleransikan (tidak menyerang secara imunologik) suatu benar yang masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna.
6. Diagnosa Banding
· Perkinson
· GBS
· Mestenia Gravis
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th) dan dua kali lebih banyak pada wanita daripada pria.
b. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas / kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
e. Pemeriksaan Fisik
· Keadaan Umum
Lemah, jalan goyang, kepala pusing, diplodia, kekejangan otot / kaku otot
· T T V
- Tekanan darah : menurun
- Nadi : cepat – lemah
- RR : normal
- Suhu : normal
- BB & TB : ormal / seusia pemeriksaan.
f. Body System
1. Sistem Respirasi
I : Bentuk dada d/s simetris
P : Pergerakan dada simetris d/s
P : Sinor
A : Tidak ada suara nafas tambahan
2. Sistem Kardiovaskuler
I : Ictus cordis tidak nampak
P : Ictus cordis teraba pada ICS 4-5
P : Pekak
A : Tidak ada suara tambahan seperti mur-mur
3. Sistem Intergumen
Resiko terjadinya dekubitus karena intoleransi aktivitas
4. Sistem Gastrointestinal
Mengalami perubahan pola makan karena mengalami kesulitan makan sendiri akbiat gejala klinis yang ditimbulkan.
5. Sistem Eliminasi Urine
BAK : mengalami inkontinensia & nokturia selama melakukan eliminasi uri
.
6. Sistem eliminasi alvi
BAK : tidak lancar 3 hari 1x dengan konsistensi keras, warn kukning bu khas feses
7. Sistem Murkulus skeletal
Kesadaran : -Apatisi 3-4-6
-Terjadi kelemahan paralisis otot, kesemutan, nyeri (perasaan tertusuk-tusuk pada bagian tubuh tertentu)
8. Sistem Neurologis
Terjadi perubahan ketajaman penglihatan (diplobia), kesulitan dalam berkomunikasi (disastria)
g. Diagnosa Keperawatan.
1. Kerusakan mobilisasi fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas
2. Resiko cedera b/d kerusakan sensori dan penglihatan
3. Perubahan eliminasi alvi dan uri b/d disfungsi medula spinalis
4. PPP (kehilangan memori, demetia, euforia
5. Ketidak efektifan koping
6. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan di rumah b/d keterbatasan fisik, psikologis, sosial.
7. Resiko disfungsi sex b/d reaksi psikologis terhadap kondisi
h. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan, paresisi, spastisitas
Tujuan : kerusakan mobilisasi fiik dapat terhambat.
Kriteria hasil : 1.Mampu mengidentifikasikan faktor-faktor resiko dan kekuatan individu yang mempengaruhi toleransi terhadap aktivitas
2.Mampu mengindentifikasikan beberapa alternatif untuk membantu mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang.
3.Mampu berpartisipasi dalam program rehabilitasi.
4.Mapu mendemonstrasikan teknik / tingkah laku yang dapat mempertahankan / meneruskan aktivitas
Intervensi
1. Tentukan dan kaji tingkat aktivitas sekarang dan derajat gangguan fungsi dengan skala 0-4.
R/ berikan informasi untuk mengembangkan rencana perawtan bagi program rahabilitasi
2. Identifikasi faktor – faktor yang mempengarhuri kemampuan untuk aktif, misalnya pemasukan makanan yang tidak adekuat, insomnia, penggunaan obat-obat tertentu.
R/ berikan kesempatan untuk memecahkan masalaha untuk mempertahankan / meningkatkan mobilitas.
3. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai dengan kemampuan maksimal yang dimiliki pasien.
R/ meningkatkan kemandirian dan rasa mobilitas diri dan dapat menurunkan perasaan tidak berdaya
4. Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman dan berikan alat bantu berjalan.
R/ latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan keefektifan pasien untuk berjalan dan alat bantu gerak dapat menurunkan kelemahan, meningkatkan kemandirian.
5. Buat rencana perawatan dengan periode istirahat konsisten diantara aktivitas
R/ menurunakn kelelahan, kelemahan otot yang berlebihan
6. Lakukan kolaborasi dengan ahli terapi fisik / terapi kerja
R/ bermanfaat dalam mengembangkan program latihan individual dan mengindentifikasi kebutuhan alat untuk menghilangkan spasme otot, meningkatkan fungsi motorik, emncegah / menurunkan atrofi fan kontraktur pada sistem muskular.
2. Resiko cedera berhubungan dengan kerusaakan sensori dan penglihatan.
Tujuan : - Suatu kecelakaan / cidera dapat terhindarkan
-Mengidentifikasi perbedaan tipe masalah penglihatan yang brekenaan dengan MS
Kriteria Hasil : 1.Tipe gangguan penglihatan dapat diidentifikasikan
2.Jarang terjadi kecelakaan / cidera akibat gangguan penglihatan
Intervensi
1. Identifikasi tipe gangguan epnglihatan yang dialami klien (diplopia, nigstagmus, neuritis optikus / penglihatan kabur)
R/ mengidentifikasi tipa gangguan visual yang terjadi dan batasan keparahan.
2. Jelaskan pilihan alternatif untuk mengatasio gangguan
1 komentar:
bisa ga pengkajiannya jangan persistem tapi head to toe.....coz q trlalu menger nich
Posting Komentar